- Komitmen Kemendikdasmen Perkuat Literasi Budaya & Keagamaan Wujudkan Pendidikan Inklusif di ASEAN
 - Pastikan Kesiapan Tes Kemampuan Akademik 2025, Kemendikdasmen Gelar Rapat Koordinasi
 - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpin Pengambilan Sumpah PPPK 2025, Tekankan Budaya Melayani dan Akuntabel
 - Kemendikdasmen Gelar Ujian Tertulis Pemilihan Arsiparis Berprestasi 2025
 - Biro Umum dan PBJ Selenggarakan Pengenalan Budaya Kerja bagi PPPK Baru
 - Majalah Liris dan Bantuan Pemerintah Dongkrak Kreativitas Literasi dan Sastra untuk Terus Berkarya
 - Ekshibisi Kompetisi Kecerdasan Artifisial 2025 Jadi Wahana dalam Mengenalkan Teknologi Digital
 - Kemendikdasmen Dorong Gerakan Berbagi Praktik Baik Melalui Sayembara 7 KAIH
 - Kemendikdasmen Raih Hasil Positif pada PORNAS ke-XVII KORPRI Tahun 2025
 - Tes Kemampuan Akademik sebagai Harapan dan Penerang Masa Depan Murid Kota Sorong
 
Komitmen Kemendikdasmen Perkuat Literasi Budaya & Keagamaan Wujudkan Pendidikan Inklusif di ASEAN 
 
		
	
akarta, 31 Oktober 2025 – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmennya dalam memperkuat literasi budaya dan keagamaan sebagai bagian dari upaya mewujudkan pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan berkarakter di kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal, Kemendikdasmen, Suharti dalam konferensi pers menjelang penyelenggaraan International Conference on Cultural Religious Literacy: Education, and Social Trust in Multicultural Societies yang akan berlangsung pada 11-12 November 2025 di Jakarta.
“Di wilayah ASEAN, kita berbagi ruang hidup dengan lebih dari 600 juta penduduk sebagian besar di Indonesia dari berbagai latar belakang. Keragaman bahasa, agama, suku, budaya, dan kepercayaan lokal bukan hanya kekayaan, tetapi juga kekuatan untuk membangun persatuan dalam perbedaan,” ucap Suharti dalam sambutan di Jakarta pada Kamis (30/10).
Suharti menyampaikan bahwa keragaman di Asia Tenggara membawa kekayaan nilai dan tradisi, namun juga menghadirkan tantangan tersendiri, khususnya di sektor pendidikan. Banyak negara di kawasan ASEAN masih menghadapi hambatan dalam memastikan akses pendidikan yang merata, terutama bagi anak-anak dari daerah terpencil, kelompok minoritas, tidak mampu, migran, dan penyandang disabilitas.
Baca Lainnya :
- Pastikan Kesiapan Tes Kemampuan Akademik 2025, Kemendikdasmen Gelar Rapat Koordinasi0
 - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpin Pengambilan Sumpah PPPK 2025, Tekankan Budaya Melayani dan Akuntabel0
 - Kemendikdasmen Gelar Ujian Tertulis Pemilihan Arsiparis Berprestasi 20250
 - Biro Umum dan PBJ Selenggarakan Pengenalan Budaya Kerja bagi PPPK Baru0
 - Majalah Liris dan Bantuan Pemerintah Dongkrak Kreativitas Literasi dan Sastra untuk Terus Berkarya0
 
“Di Indonesia saat ini memiliki misi mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua, kita ingin semua anak mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu,” tutur Suharti.
“Kemudian modernisasi dan pengaruh global yang begitu besar berpotensi melemahkan nilai-nilai budaya dan agama tradisional yang menjadi dasar pembentukan karakter generasi muda. Lalu, tingginya ragam bahasa dan budaya di negara ASEAN membuat murid belajar menggunakan bahasa yang bukan bahasa Ibu mereka, yang dapat menghambat pembelajaran,” tambahnya.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan bahwa temanya adalah literasi keagamaan lintas budaya merupakan pemahaman yang sederhana dipahami dalam literasi dunia digital. “Biasanya dipahami dalam dunia digital kita perlu literasi supaya tidak tersesat. Untuk itu, perlu literasi agar memiliki kompetensi dapat terlibat positif dan konstruktif sehingga tidak menimbulkan masalah dalam masyarakat majemuk tersebut,” tutur Matius.
Matius mengungkapkan bahwa program ini bertujuan membentuk rasa saling percaya sehingga mengurangi prasangka/prejudice menjadi hambatan utama untuk membangun kerja sama dengan Lembaga. Sehingga dari 2021 sampai saat ini telah bekerja sama dengan 40 lembaga pendidikan dan keagamaan. “Pimpinan dari 40 lembaga tersebut dan guru-guru yang akan diundang dalam konferensi nanti sebagai peserta dari Indonesia,” tutur Matius.
Ia juga mengucapkan apresiasi kepada Kemendikdasmen yang telah bekerjasama yang erat untuk pendidikan karakter. “Kami telah melaksanakan beberapa kegiatan juga dengan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) agar program ini memperkuat inisiatif 7 Kebiasaaan Anak Indonesia Hebat,” ucap Matius.
Komitmen Regional Melalui Deklarasi ASEAN Our Shared Future 2045
Dalam upaya bersama menjawab tantangan tersebut, seluruh negara ASEAN telah menandatangani Deklarasi ASEAN Our Shared Future 2045 di Malaysia pada 26 Mei 2025. Deklarasi tersebut menegaskan komitmen untuk memperkuat solidaritas regional, memperluas kesempatan ekonomi inklusif, serta mendukung pembangunan sosial dan budaya yang berkelanjutan.
Dari 12 tujuan strategis yang disepakati, dua di antaranya yakni tujuan nomor 1 dan 9 menekankan pentingnya penguatan multikulturalisme dan pendidikan yang berpihak pada keberagaman. “Nomor 1 yaitu memperkuat kerja sama dan dialog konstruktif dan nomor 9 yakni mewujudkan komunitas yang inklusif dan kohesif,” ucap Suharti.
Suharti juga mengatakan bahwa ada tiga hasil yang diharapkan dari konferensi internasional mendatang. Pertama, penguatan pemahaman literasi lintas budaya dan agama sebagai fondasi untuk membentuk karakter yang menjunjung tinggi pluralisme, toleransi, dan penghormatan terhadap keberagaman. Kedua, terwujudnya kolaborasi internasional antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas agama, dan organisasi masyarakat sipil untuk memajukan pendidikan multikultural dan multifaith. Ketiga, pertukaran praktik baik (best practices) dalam mengembangkan model pembelajaran yang mendukung kohesi sosial, saling percaya, dan harmoni dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Selain itu, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Pembelajaran dan Sekolah Unggul, Arif Jamali, juga menyampaikan bahwa program tersebut jika dikaitkan dalam konteks pembelajaran Deep Learning dan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat maka sangat erat kaitannya.
“Pada deep learning itu terdapat delapan dimensi profil lulusan yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat berdiri sendiri sehingga didampingi dengan kewargaan, lalu berkolaborasi dapat dilakukan oleh anak-anak dalam suku maupun agama dan terakhir berkomunikasi yang baik. Maka pembelajaran mendalam itu harus bermakna sehingga memiliki inter-koneksi setiap mata pelajaran itu sendiri,” jelas Arif.*** (Penulis: Ririn/Editor: Denty A., Seno H./Fotografer: Destian)
Sumber: Siaran Pers Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 708/sipers/A6/X/2025 ,
Sumber berita https://www.kemendikdasmen.go.id, Publisher (Nurjolis/Andik)
				
				
				


